Hingga tengah pekan ini (Rabu, 9/5),
pasar dunia masih di hantui oleh isu ketidakpastian politik, dimana
hasil pemilu akhir pekan lalu yang di gelar oleh negara Yunani dan
Prancis justru menambah kecemasan munculnya kembali masalah krisis utang
Eropa.
Bagaimana tidak, perhelatan politik yang
sedikit diwarnai kisruh internal telah berpotensi mendongkrak
keragu-raguan terhadap komitmen untuk menjalankan kebijakan penghematan
fiskal (Austerity). Pasar kian khawatir karena partai oposisi yang
menolak program penghematan kini berkuasa, sehingga fondasi ekonomi
negara-negara tersebut dinilai cukup mengkhawatirkan.
Bahkan isu perlambatan ekonomi kembali
terangkat ke permukaan setelah data Nonfarm Payrolls Amerika Serikat
(AS) Jumat lalu muncul mengecewakan. Angka Non-farm Payrolls AS merosot
jauh di bawah ekspektasi pasar dengan bertambah hanya 115,000 pekerja di
bulan April, meleset dari perkiraan sebesar 170,000 dan anjlok dari
sebelumnya di angka 166,000. Selain itu data service PMI zona euro
(sektor jasa) kian terpuruk ke angka 46.9 dari sebelumnya 47.9.
Dan investor Eropa sepertinya semakin
pesimis dengan kondisi ekonomi di tengah berlarutnya krisis utang.
Indeks kepercayaan investor (Sentix index) merosot drastis ke level
-24.5 untuk bulan Mei (rilis 7/5), jauh lebih buruk dari prediksi -15.3
dan melorot dari angka sebelumnya pada -14.7. Akibatnya dengan
merebaknya lagi kekhawatiran atas kesehatan ekonomi dunia pasca rilis
data-data Eropa dan AS yang lemah, memaksa investor untuk memangkas
posisi di sejumlah aset beresiko.
Maka tak ayal bila mata uang tunggal Euro
(EUR) akhirnya pecah juga untuk meyambangi level-level di bawah
psikologis penting $1.3. Terpuruknya kembali EUR terutama setelah
pemimpin partai koalisi sayap kiri Yunani membatalkan komitmen negara
Yunani terhadap kesepakatan bailout dengan Uni Eropa dan IMF
(Dana Moneter Intenasional). Sehingga sontak menimbulkan pertanyaan di
pasar atas kemampuan Yunani untuk menghindari default dan bertahan di blok yang terdiri dari 17-negara tersebut.
Euro Berpotensi Tergerus Jauhi $1.3
Terkait dengan ketidakpastian tersebut,
Euro kemungkinan cenderung akan berada di bawah tekanan dan tidak
menutup kemungkinan terus menjauhi ke bawah dari level penting $1.3000.
Mengingat secara teknikal, beberapa indikator EUR kini menunjukkan tren
yang bearish. Sinyal tersebut ditandai oleh sejumlah indikator
Stochastic, Moving Average dan MACD yang terkonfirmasi downtrend.
Maka bila mengacu pada indikator
tersebut, peluang pergerakan EUR hari ini akan lebih banyak mengalami
pelemahan dan sulit untuk menciptakan sebuah rally. Sehingga mata uang
ini mau tidak mau harus berhadapan dengan tahanan support seperti level
$1.2960 kemudian $1.2920 untuk kemudian melanjutkan ke area $1.2870.
Sementara bila EUR masih mampu menguat lagi meskipun sangatlah sulit,
beberapa resisten yang akan membatasi yaitu level $1.3000 kemudian
$1.3030 hingga $1.3070.
Grafik mata uang Euro, EUR/USD daily
Dari kawasan Asia, memanasnya situasi
politik di Yunani turut menjadi kekhawatiran terhadap kondisi fiskal
Eropa sehingga membuat sejumlah lantai bursa di Asia terkena koreksi.
Sepanjang perdagangan banyak saham terkena koreksi tajam, mengikuti
jatuhnya bursa-bursa Eropa dan Amerika. Kekhawatiran akan keluarnya
Yunani dari Uni Eropa serta kemungkinan penolakan rencana penghematan
oleh pemerintah yang baru, telah membuat ketakutan pelaku pasar.
Sementara di sektor komoditas, harga emas
dunia tercatat mengalami penurunan tajam hingga lebih dari US$ 40 per
troy ons pada hari Rabu (9/5/2012). Dan mencatatkan level terendah sejak
awal tahun 2012 pada kisaran $1587.83. Hal ini dipicu oleh penguatan
dollar AS, di tengah berlanjutnya kekhawatiran terhadap pergolakan
politik di Eropa. Dollar terus mengalami penguatan sejak awal pekan
karena investor terus mencari aset yang dianggap kurang berisiko atau safehaven setelah pemilihan umum akhir pekan di sebagian benua Eropa.
Pemilihan umum tersebut mengakibatkan
kekalahan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan mengantarkan kemenangan
pesaingnya Francois Hollande yang beraliran sosialis. Sementara di
negara Yunani, pemilihan parlemen mengakibatkan kekalahan besar bagi
partai-partai utama, yang sedang berjuang untuk membentuk mayoritas.
Alhasil, penguatan dollar akhirnya menekan sejumlah produk komoditas
yang berdenominasi dollar, karena membuat produk tersebut menjadi lebih
mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar