Sterling melemah di sesi London setelah data penjualan ritel tegaskan resesi yang kini dialami ekonomi Inggris.
Data Asosiasi Retailer Inggris tunjukan penjualan ritel turun 3,3% di
bulan April, lebih buruk dari publikasi Maret yang meningkat 1,3%. Ini
merupakan kejatuhan penjualan ritel terbesar sejak Maret 2011 dan
tentunya akan turut mempengaruhi kebijakan moneter Bank sentral Inggris.
Survei menunjukan BoE
akan tetap pertahankan suku bunga di level rendah 0,5% dan tidak
mengubah program pembelian aset sebanyak £325 milar. Meski demikian,
munculnya indikasi lebih lanjut akan masih lemahnya aktivitas ekonomi
tentu dapat menghidupkan harapan pemberian stimulus moneter. “Kami tidak
mengantisipasi adanya perubahan kebijakan moneter BoE. Namun,
memburuknya indikator ekonomi dan resesi yang sedang dialami Inggris
tentu dapat mendorong sebagian petinggi BoE untuk mempertimbangkan
pemberian lebih banyak stimulus. Ini tentunya akan menekan performa
sterling,’ ujar Adrian Schmidt, strategis Lloyds.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar